“Oleh karena
disitu ternyata perintah saya 11 Maret itu adalah perintah yang tepat dan benar
sehingga di benarkan oleh MPRS” (Pidato presiden Soekarno 28 juli 1966 di
Istana Negara).
Dan Jenderal
Besar Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik, dan saya mengucapkan
terimakasih kepada Jenderal Besar Soeharto”. (Pidato Presiden Soekarno 17
Agustus 1966)

Tentu saja dengan kepentingan masing-masing.
Berbagai Impropisasipun merebak. Hal itu disebabkan oleh raibnya naskah asli
Surat perintah tersebut sebagai dokumen sejarah yang sangat penting Bagi
Republik Indonesia.
Kontroversi dan teka-teki tentang Supersemar
terutama menyangkut beberapa hal Pertama
adalah masalah apa isi surat perintah itu untuk memulihkan keamanan atau
melimpahkan kekuasaan, kemudian. Kedua, masalah bagaimana proses
pembuatan dan munculnya Supersemar tersebut. Dan Ketiga, dimana Supersemar yang asli
sekarang berada.
Tentang masalah yang pertama, sebagian saksi sejarah mengatakan bahwa itu hanya surat
perintah, atau semacam surat tugas, untuk memulihkan keamanan dan gejolak
politik dan ekonomi yang saat itu nyaris tak terkendalikan. Secara Ekonomi
kondisi saat itu negara kolap, karena pemerintah secara otoriter mengendalikan
sirkulasi uang yang berlebihan untuk mega proyek mercusuar, sementara Bank
Indonesia saat itu hanya sebagai legalitas dari rezim yang berkuasa tanpa mengindahkan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Ketika ekonomi kolap kekuatan komunis
memanfaatkan momentum runtuhnya ekonomi tersebut untuk kepentingan politik
mereka yaitu rencana Kudeta Komunis.
Pada saat itu inflasi mencapai 600% hanya dalam
waktu setahun karena barang-barang kebutuhan pokok (sembako) menghilang secara
tiba-tiba, sehingga memaksa bank Indonesia mensanering
nilai rupiah dari Rp.1.000,- menjadi Rp.1 . Konstalasi tersebut mengakibatkan
berbagai kekuatan politik untuk melakukan proses konsolidasi, antaralain
kelompok mahasiswa sebagai presure group melakukan aksi moral dengan tuntutan
TRI TURA (tiga tuntutan rakyat) :
1. Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya
2. Perombakan kabinet DWIKORA
3. Turunkan harga dan perbaiki sandang-pangan.
1. Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya
2. Perombakan kabinet DWIKORA
3. Turunkan harga dan perbaiki sandang-pangan.
Tetapi sejarah juga menunjukan bahwa dengan Supersemar
itu, seperti yang dikatakan oleh pelaku sejarah Cosmas Batubara, Probo Sutedjo,
situasi memungkinkan dilakukannya penyerahan kekuasaan. Ketika Supersemar itu
di tetapkan oleh MPRS menjadi TAP IX, kekuasaan bukan lagi kepada Bung Karno,
merupakan sudah menjadi keputusan MPRS. Ketika pertanggungjawaban Bung Karno
dengan judul NAWAKSARA di tolak, maka ia diberhentikan dari jabatan presiden.
Konsekuensi logisnya adalah Soeharto sebagai pengemban Supersemar diberi mandat
untuk menjabat sebagai presiden.
Tentang masalah yang kedua, yakni proses pembuatan dan munculnya Supersemar, muncul
perbedaan pendapat dalam berbagai versi. Perbedaan pendapat berkisar apakah
Supersemar itu di peroleh dengan paksaan dan kekerasan atau diberikan secara
sukarela oleh Bung Karno. Adapun kronologis munculnya surat yang sangat penting
dalam sistem kenegaraan Republik Indonesia yaitu :
Secara kronologis, pada saat itu menurut sumber
sejarah Jenderal Basuki Rahmat menceritakan kejadian di Bogor. Setibanya di
Istana, mereka melaporkan maksud dan tujuan mereka datang. Mereka mendapatkan
dampratan dari Bung Karno merasa kewibawaanya di rongrong oleh demonstran.
Artinya ada pertanyaan dari Bung Karno. Apa yang harus dilakukan sekarang ?
Diantara tiga Jenderal ada yang menyampaikan pesan
dengan bahasanya sendiri-sendiri : “Percayakan saja kepada Pak Harto”. Bung Karno marah lagi, karena
sudah memberikan kepercayaan kepada saya, tetapi tidak ada tindakan apa-apa.
Disambung lagi oleh salah seorang dari ketiga jenderal itu. “Barang kali diperlukan surat perintah .”
Baik, Siapkan Surat itu Perintah itu,”
Jawab Bung Karno. Tiga Jenderal dibantu oleh ajudan Presiden , Brigjen Sobur,
menyiapkan surat perintah . Dikoreksi oleh Bung Karno dengan bantuan tiga
Waperdam yaitu Soebandrio, Chaerul Saleh, dan Pak Laimena. Akhirnya Surat
Perintah 11 Maret di tandatangani oleh Presiden/Panglima tertinggi
ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Lalu bagaimana dengan keberadaan naskah Supersemar
yang asli ? Pengambilan Supersemar dari Presiden Soekarno dilakukan oleh tiga
orang perwira ABRI, dan menyerahkannya kepada pengemban Supersemar, Jenderal
Soeharto, ketiga perwira itu adalah : Basuki Rahmat, M.Yusuf dan Amir Machmud.
Mungkin Supersemar disimpan diantara ketiga Jenderal tersebut.
Apapun kontroversi yang terjadi. Yang
pasti Supersemar merupakan “proses penting” bagi berlangsungnya peralihan
kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, Mengantarkan Mayor Jenderal.
Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia dan peristiwanya sangat bermakna
bagi perjalanan sejarah Bangsa Indonesia.
Yang perlu digaris bawahi salah satu sejarah yang melatarbelakangi lahirnya
Supersemar adalah keadaan keamanan dalam negeri yang pada
saat itu tidak
kondusip pada masa orde lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa pemberontakan G/30/S/PKI. Hal ini menyebabkan Presiden Soekarno memberikan mandat
kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di Indonesia melalui
Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar.
Pada saat itu kita sama-sama bisa melihat betapa
terlihat kenegarawanannya seorang Soeharto akan kecintaanya kepada tanah air
dan bangsanya dimana beliau berani mati mengambil sikap untuk menumpas dan
membersihkan Komunis dari tanah NKRI yang dengan ikhlas
dan kesatria atas pengabdian membela bangsa dan Negara.
Bahwa pembubaran PKI adalah antitesis Nasakom yang
mewujudkan sintesis bernama pancasila. Pancasila adalah Pidato Bung Karno pada
tanggal 1 Juni 1945 yang kemudian menjadi idiologi pemersatu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri dari kebinekaan, adat istiadat, budaya, Agama, semua terkait pada
kemanunggalan atau IKA. Menuju cita-cita bersama berdasarkan sesuai dengan semangat
Proklamasi 17 Agustus , Yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

( Tri Joko Susilo.SH).
Tulisan dari berbagai sumber Kunjungi Soeharto Library Sekretariat Ormas HMPI
SOEHARTO LIBRARY
Supersemar Dan Super Ego Para Sejarawan
Meragukan sesuatu pada dasarnya
merupakan sikap ilmiah yang sangat terpuji, manakala keraguan itu dibarengi
dengan sikap ilmiah yang lain. Yakni dibarengi dengan pengumpulan data
sebanyak-banyaknya untuk menjawab keraguan tersebut. Emha Ainun Najib
berpandangan bahwa seseorang peneliti tidak cukup hanya mampu menyimpulkan dari
seluruh rangkaian data yang digumulinya. Ia harus pula membuktikan suatu
kesimpulan yang ia buat sendiri.
Pernyataan Emha tentang keharusan
dalam proses penelitian yang demikian ketat itu tampak layak dipegangi oleh
kita semua dalam melihat kasus Supersemar, yang oleh sementara kalangan
diragukan keasliannya. Namun keraguan itu tanpa bisa dibuktikan secara faktual
sebagai sebuah keraguan ilmiah, karena tak urung menemukan data-tata yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Dalam menghadapi kasus keraguan
yang seperti ini, kaum santri biasanya berpatokan pada suatu kaidah: al-Yakinu
layujalu bi al-syak, bahwa keyakinan itu tak bisa dimentahkan oleh keraguan
yang kurang berdasar. Karenanya, sikap terbaik adalah memegang yang telah ada
selama tidak ada data-data yang bisa mengubah keyakinan tersebut. Lebih-lebih
lagi dalam menyikapi persoalan sejarah Supersemar itu, menjadi tidak terlalu
penting adalah Supersemar dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto itu
asli atau palsu, karena justifikasi secara formal sesungguhnya telah dilakukan
oleh MPRS, sebagai lembaga tertinggi negara pada waktu itu, seperti rangkaian
formalitas atas pengalihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal
Soeharto.
Pengertian kekuasaan Pemerintah
Negara yang dimaksud disini, adalah dalam Undang Undang Dasar 1945 beserta
penjelasannya. Sehingga sesuai dengan ketentuan itu maka presiden Soekarno
dengan ini diganti dengan Jenderal Soeharto, pengemban ketetapan MPRS
No:IX/MPRS/1966 Selaku Pejabat Presiden Republik Indonesia.
Karena itu apapun yang di lakukan
oleh Pak Harto, baik sebagaimana yang dituduhkan bahwa beliau menyembunyikan
data yang sebenarnya, maupun yang senegatif lainnya, namun Pak Harto telah
mendapatkan kekuasaan itu secara sah dari MPRS pada waktu berikutnya. Karena
itu pula, beranikah kita sekarang menyalahkan pula MPRS yang dengan jelas atas
nama majelis tinggi negara mengalihkan kekuasaan itu.
Akhirnya, mempersoalkan keabsahan
Supersemar itu asli atau bukan menjadi tidak produktif dalam konteks kekinian,
karena persoalan bangsa yang lebih menuntut perbaikan nasib dari berbagai
keterpurukan hidup menjadi sangat penting untuk dikedepankan. Bahkan menggugat
ketidak mampuan Pak Harto dalam menghadapi krisis ekonomi sehingga beliau
terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden, jauh lebih logis dibanding
memperkarakan supersemar yang telah diyakini benar adanya oleh bangsa ini.
Bapak Pembangunan
Fakta yang tak terbantahkan bahwa
persatuan nasional semaikin kokoh selama pemerintah Presiden Soeharto, begitu
juga hasil-hasil pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada masa
pemerintah Pak Harto mencapai kemajuan yang di akui dunia. Hasil-hasil ini
mengantarkan Pak Harto sebagai Bapak Pembangunan.
Di masyarakat sering terlontar
celetukan, pada masa Pak Harto sesulit apapun cari kerja mudah, kejahatan dan
gangguan keamanan terkendali. Saat itu bangsa Indonesia cukup disegani didunia
internasional. Paling tidak hal itu ditunjukan dari sikap pemerintah Malaysia
dan Australia yang ketika itu memilih sangat bersahabat dengan Indonesia.
Tidaklah mengherankan jika masyarakat terutama dikalangan bawah teringat
kembali kepada sosok Bapak Pembangunan Soeharto.
0 comments:
Post a Comment